Sebagai
individu yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial terlebih lagi
terhadap sesamanya merupakan salah satu sifat yang ditanamkan oleh Tuhan
pada setiap orang artinya setiap orang yang hidup di bumi ini selalu memerlukan
kehadiran orang lain disekitarnya untuk saling mengisi atau melengkapi satu
dengan yang lain. Seseorang tidak
mungkin bertahan hidup apabila interaksi sosialnya sangat lemah, lemah dalam
hal memahami jati dirinya sendiri, lemah
untuk memahami lingkungan sekitarnya.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, saat ini ada beberapa orang yang harus mendapatkan perhatian yang
lebih, baik perhatian dalam bidang rohani seperti kasih sayang maupun dalam
bidang materi seperti memberikan bantuan materi, berdiam diri bukanlah pilihan
yang bijak terhadap situasi ini apalagi hanya sebatas omong kosong yang sering
diistilahkan dengan NATO yaitu No Actions Talk Only. Gereja Kristen Protestan
di Bali khususnya Jemaat Pniel Blimbingsari tergerak akan situasi dan kondisi
seperti ini, melalui masa raya Paskah panitya telah merancangkan aksi pengumpulan
beras dan bahan natura lainnya dari warga gereja yang kemudian akan diserahkan
kepada Panti Asuhan Widia Asih 2 Blimbingsari dan Panti Asuhan Priahita Negara.
Kegiatan ini ternyata tidak bertepuk sebelah tangan akan tetapi warga gereja
dengan sangat antusias mengumpulkan beras dan bahan makanan lainnya, bukan
jumlahnya yang menjadi ukuran suksesnya kegiatan ini namun semangat untuk
saling berbagi patut mendapatkan acungan jempol. Semoga apa yang telah kami
lakukan dapat bermanfaat bagi anak-anak di Panti Asuhan baik itu Panti Asuhan
Widya Asih 2 Blimbingsari maupun Panti Asuhan Priahita Negara. Tuhan Memberkati.
Senin, 28 April 2014
Bakti Sosial
Jam
telah menunjukkan pukul 15.00 Wita, tapi panas matahari masih terasa menyengat
kulit, sesekali peluh diseka dengan lap (... stttt, yang pasti bukan pakai lap
pel browww...), anak-anak sekolah minggu berlarian menyusuri tepi pantai sambil
bermain dengan deburan ombak , sementara warga Jemaat yang lain dengan membawa
sapu lidi dan kantong plastik dengan
penuh semangat membersihkan pantai
Candikusuma dari ancaman sampah plastik, memang sepintas sampah plastik banyak berhamburan di tepi pantai,...” Mari Bapak, Ibu dan
adik-adik semua, kita membersihkan pantai Candikusuma “ sesekali terdengar
himbauan dari Panitya melalui pengeras suara, cuaca yang lumayan panas tak kami
rasakan karena semangat kami mengalahkan rasa panas itu, “Ayo....ayo...yang
paling banyak mengumpulkan sampah plastik akan mendapat hadiah” himbauan dari panitya lagi, seketika warga Pniel menyerbu hamparan sampah
plastik dan memasukkannya kedalam kantong plastik (... Untung jaring ikannya
bapak nelayan nggak ikut di kresekin hahaha...) Satu kresek, dua kresek, tiga
kresek....wuihhhhh, seratus kantung kresek lebih yang terkumpul hampir semua
adalah sampah plastik, sampah yang memerlukan beratus-ratus tahun untuk proses
penghancurannya secara alami (...hasil riset yang mengatakan lho...), hampir
dua jam membersihkan pantai Candikusuma hasilnya seratus lebih kantung plastik
dapat dikumpulkan, tidak sia-sia gerakan bakti sosial GKPB Pniel Blimbingsari. Sambil
melepas lelah dilapangan sepak bola Candikusuma kami duduk-duduk menikmati makanan
kecil sambil berkata dalam hati : “ Bapak, ibu dan adik-adik, maafkan karena
panitya nggak ada menyediakan hadih
untuk yang paling banyak mengangkat sampah platik, itu hanya cara panitya untuk
memberi semangat “. Hadeeehhhhh, Panitya pekel....
Sabtu, 26 April 2014
Penahbisan
Blimbingsari, 16 Maret 2014
PENAHBISAN MAJELIS 2014-2018
Pagi yang
indah di hari Minggu pada sebuah desa kecil di kaki perbukitan, hangat sinar
matahari dan semilir angin membangunkan
setiap penduduk pedesaan dari rasa lelah
dan penat setelah seharian bekerja, Demikianpula nyaring suara kentongan
kayu yang dibunyikan dari ketinggian di
Bale Kulkul Gereja Pniel Blimbingsari turut melengkapi suasana indah di hari
Minggu. Hari Minggu ini sangatlah spesial bagi sebagaian umat Kristiani di desa
Blimbingsari, setelah melalui pemilihan dan pembekalan yang diberikan oleh
Deptubin dan Bishop, kini saatnya sebanyak dua puluh warga jemaat akan
ditahbiskan kedalam jabatan Grejawi seperti Jabatan Penatua, Penginjil dan
Diaken untuk masa periode 2014-2018. ” Bukan karena aku layak untuk melayani
Tuhan, tapi Tuhanlah yang melayakkan aku untuk melayaniNYA “ Merupakan suatu kebahagiaan jika sebagian
kecil masa hidupku akan ku persembahkan hanya untuk melayani Tuhan, Tuhan pasti
akan melengkapi diriku dengan perlengkapan-perlengkapan yang akan kuperlukan
untuk melayaniNYA, seperti Perlengkapan kesehatan sehingga aku bisa melayani
Tuhan dengan Penuh Sukacita, Perlengkapan Iman yang teguh sehingga aku lebih
sabar untuk melayani, dan terlebih lagi dorongan keluarga dan jemaat yang sungguh hebat sehingga kemanapun dan
dimanapun aku berada mereka semua bersatu hati mendoakan kami. Menurutku
sebagai seorang pelayan harusnya bisa menjadikan atau memposisikan dirinya
sebagai seorang pelayan yang selalu setia melayani tuannya kapanpun dan
dimanapun, seorang pelayan haruslah
selalu menomor satukan tuannya, kepuasan seorang pelayan adalah manakala
tuannya merasa senang telah dilayaninya. Bukanlah sebaliknya sebagai seorang Pelayan
malah mau minta dilayani, seorang pelayan malah mau menjadi pemimpin atas tuannya. Dengan demikian salah satu
resep untuk menjadi pelayan yang baik adalah dengan menjadi seorang yang Rendah
Hati, karena dengan Rendah Hati akan memampukan seseorang menjadi pelayan yang
nomor satu. Jangan merasa minder menjadi seorang pelayan dalam konteks melayani Tuhan, karena Tuhan
sudah lebih dulu melayani kita semua. Selamat melayani, Tuhan pasti memperlengkapi
kita semua. Amin
Langganan:
Postingan (Atom)