Senin, 28 April 2014

Bhakti Sosial ke Panti Asuhan

Sebagai individu yang selalu berinteraksi dengan lingkungan sosial  terlebih lagi  terhadap sesamanya merupakan salah satu sifat yang ditanamkan oleh Tuhan pada setiap orang artinya setiap orang yang hidup di bumi ini selalu memerlukan kehadiran orang lain disekitarnya untuk saling mengisi atau melengkapi satu dengan yang lain. Seseorang  tidak mungkin bertahan hidup apabila interaksi sosialnya sangat lemah, lemah dalam hal memahami  jati dirinya sendiri, lemah untuk  memahami lingkungan sekitarnya. Sejalan dengan hal tersebut diatas, saat ini ada beberapa  orang yang harus mendapatkan perhatian yang lebih, baik perhatian dalam bidang rohani seperti kasih sayang maupun dalam bidang materi seperti memberikan bantuan materi, berdiam diri bukanlah pilihan yang bijak terhadap situasi ini apalagi hanya sebatas omong kosong yang sering diistilahkan dengan NATO yaitu No Actions Talk Only. Gereja Kristen Protestan di Bali khususnya Jemaat Pniel Blimbingsari tergerak akan situasi dan kondisi seperti ini, melalui masa raya Paskah panitya telah merancangkan aksi pengumpulan beras dan bahan natura lainnya dari warga gereja yang kemudian akan diserahkan kepada Panti Asuhan Widia Asih 2 Blimbingsari dan Panti Asuhan Priahita Negara. Kegiatan ini ternyata tidak bertepuk sebelah tangan akan tetapi warga gereja dengan sangat antusias mengumpulkan beras dan bahan makanan lainnya, bukan jumlahnya yang menjadi ukuran suksesnya kegiatan ini namun semangat untuk saling berbagi patut mendapatkan acungan jempol. Semoga apa yang telah kami lakukan dapat bermanfaat bagi anak-anak di Panti Asuhan baik itu Panti Asuhan Widya Asih 2 Blimbingsari maupun Panti Asuhan Priahita Negara. Tuhan Memberkati.

Bakti Sosial

Jam telah menunjukkan pukul 15.00 Wita, tapi panas matahari masih terasa menyengat kulit, sesekali peluh diseka dengan lap (... stttt, yang pasti bukan pakai lap pel browww...), anak-anak sekolah minggu berlarian menyusuri tepi pantai sambil bermain dengan deburan ombak , sementara warga Jemaat yang lain dengan membawa sapu lidi dan kantong  plastik dengan penuh semangat  membersihkan pantai Candikusuma dari ancaman sampah plastik, memang sepintas  sampah plastik banyak berhamburan  di tepi pantai,...” Mari Bapak, Ibu dan adik-adik semua, kita membersihkan pantai Candikusuma “ sesekali terdengar himbauan dari Panitya melalui pengeras suara, cuaca yang lumayan panas tak kami rasakan karena semangat kami mengalahkan rasa panas itu, “Ayo....ayo...yang paling banyak mengumpulkan sampah plastik akan mendapat hadiah”  himbauan dari panitya lagi,  seketika warga Pniel menyerbu hamparan sampah plastik dan memasukkannya kedalam kantong plastik (... Untung jaring ikannya bapak nelayan nggak ikut di kresekin hahaha...) Satu kresek, dua kresek, tiga kresek....wuihhhhh, seratus kantung kresek lebih yang terkumpul hampir semua adalah sampah plastik, sampah yang memerlukan beratus-ratus tahun untuk proses penghancurannya secara alami (...hasil riset yang mengatakan lho...), hampir dua jam membersihkan pantai Candikusuma hasilnya seratus lebih kantung plastik dapat dikumpulkan, tidak sia-sia gerakan bakti sosial GKPB Pniel Blimbingsari. Sambil melepas lelah dilapangan sepak bola Candikusuma kami duduk-duduk menikmati makanan kecil sambil berkata dalam hati : “ Bapak, ibu dan adik-adik, maafkan karena panitya nggak  ada menyediakan hadih untuk yang paling banyak mengangkat sampah platik, itu hanya cara panitya untuk memberi semangat “. Hadeeehhhhh, Panitya pekel....

Sabtu, 26 April 2014

Penahbisan

Blimbingsari, 16 Maret 2014
PENAHBISAN MAJELIS 2014-2018

Pagi yang indah di hari Minggu pada sebuah desa kecil di kaki perbukitan, hangat sinar matahari  dan semilir angin membangunkan setiap penduduk pedesaan dari rasa lelah  dan penat setelah seharian bekerja, Demikianpula nyaring suara kentongan kayu yang  dibunyikan dari ketinggian di Bale Kulkul Gereja Pniel Blimbingsari turut melengkapi suasana indah di hari Minggu. Hari Minggu ini sangatlah spesial bagi sebagaian umat Kristiani di desa Blimbingsari, setelah melalui pemilihan dan pembekalan yang diberikan oleh Deptubin dan Bishop, kini saatnya sebanyak dua puluh warga jemaat akan ditahbiskan kedalam jabatan Grejawi seperti Jabatan Penatua, Penginjil dan Diaken untuk masa periode 2014-2018. ” Bukan karena aku layak untuk melayani Tuhan, tapi Tuhanlah yang melayakkan aku untuk melayaniNYA “  Merupakan suatu kebahagiaan jika sebagian kecil masa hidupku akan ku persembahkan hanya untuk melayani Tuhan, Tuhan pasti akan melengkapi diriku dengan perlengkapan-perlengkapan yang akan kuperlukan untuk melayaniNYA, seperti Perlengkapan kesehatan sehingga aku bisa melayani Tuhan dengan Penuh Sukacita, Perlengkapan Iman yang teguh sehingga aku lebih sabar untuk melayani, dan terlebih lagi dorongan keluarga dan jemaat  yang sungguh hebat sehingga kemanapun dan dimanapun aku berada mereka semua bersatu hati mendoakan kami. Menurutku sebagai seorang pelayan harusnya bisa menjadikan atau memposisikan dirinya sebagai seorang pelayan yang selalu setia melayani tuannya kapanpun dan dimanapun, seorang pelayan haruslah  selalu menomor satukan tuannya, kepuasan seorang pelayan adalah manakala tuannya merasa senang telah dilayaninya. Bukanlah sebaliknya sebagai seorang Pelayan malah mau minta dilayani, seorang pelayan malah mau  menjadi pemimpin  atas tuannya. Dengan demikian salah satu resep untuk menjadi pelayan yang baik adalah dengan menjadi seorang yang Rendah Hati, karena dengan Rendah Hati akan memampukan seseorang menjadi pelayan yang nomor satu. Jangan merasa minder menjadi seorang pelayan  dalam konteks melayani Tuhan, karena Tuhan sudah lebih dulu melayani kita semua. Selamat melayani, Tuhan pasti memperlengkapi kita semua. Amin